KEMISKINAN MUSUH BERSAMA

Salah satu problematika dan bencana terbesar yang masih menghinggapi umat Islam saat ini,khususnya yang ada di negara kita adalah persoalan kemiskinan. menurut data resmi terbaru tahun 2006 dari BPS, jumlah orang miskin di negara kita mencapai 39,05 Juta jiwa. Namun menurut banyak pihak, angka diatas masih fcnomena gunung es, karena yang sebenarnya jumlah orang miskin yang sebenarnya bisa melebihi angka tersebut diatas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak berharta benda, serba kekurangan, berpenghasilan rendah. Dari bahasa aslinya, Arab, "mis­kin" berasal dari kata sakana yang berarti diam atau tenang.

Memperhatikan akar kata "miskin" dapat diperoleh kesan bahwa faktor utaroa penyebab kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan atau tidak dapat bergerak dan berusaha. Keengganan berusaha adalah penganiayaan terhadap diri sendiri sedang ketidakmampuan berusaha antara lain disebabkan oleh penganiayaan manusia lain. Ketidakmampuan berusaha yang disebabkan oleh orang lain di istilahkan pula dengan kemiskinan struktural. Kesan ini lebih jelas lagi bila diperhatikan bahwa jaminan rezeki yang di janjikan Tuhan, ditujukan kepada makhluk yang dinamainya dabbah, yang ani harfiahnya adalah yang bergerak: .

Tidak ada satu dabbah pun dimuka bumi kecuali Allah yang menjamin rezekinya (QS Hud (11): 6) ayat ini menjadi jaminan bagi siapa yang bergerak mencari bukan yang berdiam diri pasti akan mendapat rezeki.

Tapi seperti kita ketahui, ternyata ada juga orang yang berpandangan keliru dengan menganggap kemiskinan sebagai sarana penyucian diri dan jiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia an tara lain ditemukan penjelasan tentang arti kata "fakir" sebagai orang yang sengaja membuat dirinya menderita, kekurangan untuk mencapai kesempurnaan bathin. Padahal dalam Alquran banyak sekali kita temukan ayat-ayat yang memberi motivasi kepada kita untuk hidup berkecukupan dan tidak menjadi miskin. Salah satunya,

''Apabila telah selesai sholat jumat, maka ber­tebaranlah dimuka bumi dan caTilah fadhl (ilelebihan) daTi Allah (QS Al-Jumuah (62): 10)

Disisi lain, Alquran mengecam mereka yang mengha­ramkan hiasan duniawi yang diciptakan Allah bagi umat manusia (QS Al-A'raaf (7): 32) dan menyatakan bahwa Allah menjanjikan ampunan dan anugerah yang berlebih, sedang setan menjanjikan kefakiran (QS Al-Baqoroh (2): 268)

Kebencian terhadap kemiskinan juga pernah di­utarakan oleh sah~bat Ali Bin Abi Thalib dengan menyatakan "sekiranya kemiskinan itu berwujud seperti manusia maka akan saya tebas dengan pedangku"

juga kita temukan dalam literatur agama ungkapan "Kadal faqru ayakuna kufra"

Hampir saja kefakiran itu menjadi kekufuran Karenanya tidak mengherankan bila Nabi Muhammad SAW sering berdoa:

Ya Allah,aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran (HR Abu Dawud).

Meskipun demikian, Islam tidak serta merta menjadi­kan banyaknya harta sebagai barometer kekayaan yang sebenarnya. Karena adakekayaan hati yang sangat mempengaruhi manusia dalam mensikapi kehidupan.

Bagaimana cara mengentaskan kemiskinan ? Secara garis besar ada 3 hal yang harus ditempuh.

1. Kewajiban setiap individu untuk senantiasa bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja ikhlas untuk mencari rezeki yang halal dan menghindari untuk menganggur.

2. Kewajiban masyarakat dengan mengamalkan ibadah sosial seperti shodaqoh dan zakat

3. Kewajiban pemerintah untuk menciptakan situasi yang kondusif, mendistibusikan hasil pajak untuk men­cukupi kebutuhan warga secara adiI serta me­ninggalkan priIaku korupsi yang sangat merugikan keuangan negara.

Secara tegas AI-quran dalam surat AI-Maun, sangat mengecam kepada pihak-pihak yang tidak peduIi dengan kemiskinan dengan menyebut sebagai orang yang men­dustakan agama.

(Fathin Hammam Attagaly)

No comments: